Konservasi Tanaman Hias Hoya untuk Pemanfaatan Berkelanjutan

Tanaman Hias Hayo. sumber Lipi

SEPti Online - Sri Rahayu, Peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru saja dikukuhkan sebagai profesor riset pada  Rabu (1/9). Dalam orasinya yang berjudul “Konservasi Biodiversitas dan Pemanfaatan berkelanjutan Hoya di Indonesia” Rahayu menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pusat keanekaragaman tanaman hias Hoya di dunia dengan lebih dari 25% populasi di dunia. Keunggulan Hoya, yaitu berkemampuan tinggi dalam menyerap polutan pada suatu ruangan.


Tanaman hias gantung yang satu ini juga mempunyai aroma wangi sehingga banyak penggemarnya. Jumlah spesiesnya antara 200 hingga 300, biasanya tumbuh lebih optimal di daerah beriklim tropis.


Rahayu menyampaikan Hoya memiliki nilai penting dalam keanekaragaman hayati di Indonesia meliputi nilai ilmiah, ekologis, ekonomis, dan budaya. Hoya sudah sejak lama telah dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Selain itu, Hoya memiliki popularitas sebagai tanaman hias dengan nilai jual yang tinggi. Berdasarkan survei terhadap kelompok pedagang Hoya, harga bibit berkisar dari Rp25.000–Rp500.000/setek, dan dari Rp500.000–Rp3.000.000/pot untuk tanaman dewasa. Harga untuk pasar internasional berkisar $10–100/setek.


Namun, pemanfaatan ekonomi Hoya di Indonesia masih terbatas dan belum menjadi prioritas konservasi nasional. Ketidaktahuan masyarakat terhadap aturan dan mekanisme serta prinsip konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam hayati berkelanjutan menjadi masalah utama. Terlebih lagi, Hoya merupakan tanaman yang sangat bergantung pada keberadaan pohon yang ditumpangi, sehingga keberadaan populasi di alam semakin terancam dengan semakin berkurangnya habitat.


”Pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai aturan perdagangan tumbuhan hidup, baik untuk pasar di dalam maupun di luar negeri juga sangat minim sehingga terjadi penjualan yang tidak sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan keuntungan ekonomi tertinggi diperoleh pihak luar negeri yang melakukan sistem budidaya dan inovasi produk yang lebih baik,” sahut Rahayu.


Menurut Rahayu, pembiakan Hoya yang berkelanjutan dapat menjadi prioritas awal. Oleh karena itu, perlu upaya konservasi dan pemanfaatan Hoya dengan konsep “save, study, use” yang meliputi penyelamatan, penelitian, dan pemanfaatan berkelanjutan. Konsep ini cocok diterapkan pada kebun raya di Indonesia yang memiliki lima fungsi melekat, yakni konservasi ex situ, penelitian, pendidikan lingkungan, ekosiwata, serta layanan eksosistem. “Dibutuhkan kearifan lokal yang dipadukan dengan kemajuan teknologi informasi, serta kecerdasan buatan untuk membantu kepentingan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan hoya di Tanah Air,” sebut Rahayu. (ky/ed: sr



Sumber : LIPI 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages