Mengenal Lebih Dekat Porang/Tire (Amorphophallus Muelleri)

SEPti Online - Porang/tire (Amorphophallus Muelleri) merupakan tanaman yang dulunya merupakan tanaman gulma bagi para petani, hingga banyak yang mengelukan susahnya untuk memusnahkan tanaman gulma tersebut (Porang/tire) karena tanaman ini memiliki umbi dalam tanah, umbi katak dan biji yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru.

Tanaman porang/tire dengan sumber bibit cabutan untuk produksi benih Foto : Fadil

Sebelum tanaman porang ini viral dan menjadi tanaman budidaya yang menghasilkan, tanaman ini hamper tidak diketahui siklus produksinya karena banyaknya sumber yang dapat menjadi bahan bibit. Siklus tanaman ini memiliki 3 fase yang perlu kita ketahui yaitu tanaman ini akan tumbuh pada saat memasuki awal musim hujan yang bersumber dari salah satu umbi dalam tanah atau umbu katak atau bahkan dari buah yang jatuh kedalam tanah dan tumbuh menjadi tanaman baru. Tanaman porang dari biji dan umbi katak akan menghasilkan tanaman baru dan umbi dalam tanah akan tumbuh yang diawali dengan pertumbuhan bungan yang akan menjadi bakal buah. Tiap musim berbunga petani akan mengeluh akan baunya yang seperti bangkai, maka muncullah gelar bunga bangkai.

Kemungkinan telah ada penelitian terkait porang akan tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut. Lanjut ke siklus pertumbuhan tanaman porang, setelah memasukin fase pertumbuhan awa, maka tanaman ini akan layu dan akan memasuki fase kedua dengan pertumbuhan tanaman baru untuk menghasilkan umbi panen dan umbi katak. Setelah itu akan kembali dorman karena memasuki fase musim kemarau. Fase ini terjadi pada semua siklus tanaman porang dari ketinggian 50 Mdpl hingga diatas 1000 mdpl.  Ini adalah siklus yang membuat tanaman porang menjadi tanaman yang sulit untuk membasminya.

Kurangnya pemahaman terkait dengan siklus dan fase tanaman porang membuat beberapa orang yang memulai membudidaya tanaman ini Nampak gegabah tanpa mempertimbangkan kondidi lingkungan, syarat dan ketentuan tumbuh untuk menghasilkan umbi berkualitas hingga perawatan dan pemupukan seolah sapu rata sama dengan tanaman budidaya lainnya demi mengejar hasil dan bisa menjadi kaya raya seperti “Paidi” Yang menjadi ispirasi bagi banyak orang dalam pengembangan tanaman porang.

Kini tanaman porang/tire jenis (Amorphophallus Muelleri) mulai dibudidayakan karena permintaan pasar yang sangat tinggi dan merupakan tanaman yang kaya akan manfaat, bahkan telah menjadi komoditas utama dikalangan masyarakat yang perlu kita ketahui bahwa tanaman ini merupakan tanaman tahunan Karen butuh waktu 2-3 tahun untuk produksi pasca tanam awal. Dengan memalewati beberapa fase dan siklus tumbuh. Karena banyaknya yang pertanyaan dan banyaknya yang membudidayakan dengan cara yang kurang wajar, misalnya penggunaan pupuk kimia yang berlebihan yang berakibat pada kerusakan tanaman dan kerusakan lingkungan karena tidak adanya panduan tehnis budidaya.

Berikut ini merupakan tehnis cara budidaya tanaman porang/tire (Amorphophallus Muelleri):

1. Keragaman jenis tanaman porang/tire

Porang termasuk dalam family Araceae, yaitu jenis tanaman umbi-umbian yang mampu hidup di berbagai jenis dan kondisi tanah. Tanaman porang tidak harus mendapatkan sinar matahari langsung sehingga tanaman ini mudah untuk ditemukan di sela-sela tanaman hutan, perkebunan atau lahan penduduk. Tingkat kerapatan naungan yang baik untuk tanaman porang ialah 30%-60% (Wijayanto, 2007). 

Tangkai porang bertekstur halus hingga agak kasar dan memiliki getah yang dapat menimbulkan rasa gatal. Tangkai suweg memiliki tekstur agak kasar sedangkan tangkai walur sangatlah kasar. Porang, suweg dan walur memiliki daun sangat mirip. Tipe daun majemuk menjari dengan helaian daun berbentuk elips, daun berwarna hijau cerah hingga gelap. Ciri khas yang dimiliki porang, tetapi tidak dimiliki oleh suweg dan walur ialah bulbil/umbi katak. Daun porang bisa dikenali dengan melihat titik pangkal daunnya yang memiliki bulatan kecil berwarna hijau cerah hingga coklat sebagai bakal tumbuhnya bulbil/umbi katak.

2. Sumber Benih

Tehnik perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan dengan tiga sumber. Pertama dari umbi dalam tanah atau dalam istilah kemasyarakatannya bibit cabutan, hanya saja pertumbuhannya beragam hingga memerlukan panen berkali-kali. Kedua adalah umbi katak yang ada pada bagian ketiak daun pada jenis tanaman porang, hanya saja untuk jenis ini memiliki siklus yang beragam hingga menghasilkan umbi maksimal. Sumber yang ketiga adalah buah/biji dari tanaman porang dengan melakukan pembibitan terlebih dahulu.

Tiga sumber diatas bisa biasa dimanfaat sesuai dengan kondisi yang ada pada lingkungan masing-masing untuk memaksimalkan budidaya demi hasil maksimal.

3. Kondisi Lingkungan

Porang yang ditanam di hutan memiliki pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik daripada yang ditanam di ladang. Hal ini menunjukkan bahwa porang mutlak memerlukan naungan. Porang dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan, seperti di tepi hutan jati, di bawah rumpun bambu, di tepi sungai, atau di semak belukar dengan persentase peneduh sekitar 50-60% [1], sehingga semakin tinggi kerapatan suatu naungan maka akan semakin baik pertumbuhan porang tersebut. 

Keberadaan naungan juga berpengaruh bagi tanaman porang karena pertumbuhan vegetatif porang lebih baik pada area dengan intensitas penyinaran sebesar 49-51%. Semakin bagus naungan maka semakin bagus pertumbuhan porang dan semakin bagus kualitas umbinya. Ph tanah untuk tanaman porang ada pada Ph 6-7 netral.  Harap untuk menjadi perhatian bahwa Tanaman porang/tire sangat sensitive dengan bahan kimia seperti insektisidda, pertisida dan pupuk kimia dosis tinggi. 

4. Proses Budidaya Porang/tire

Pada proses budidaya ini ini sama dengan proses budidaya pada tanaman pada umumnya yaitu persiapan lahan, olah lahan, semai, pemupukan dasar, penanaman, pemeliharan, pemupukan, perawatan, panen dan pasca panen. Untuk memperkaya pengetahuan terkait tehnis dapat mencari dibarbagai sumber terpercaya.

Demikianlah penjelasan pintas terkait tanaman porang/tire (Amorphophallus Muelleri). Untuk artikel terkait porang/tire dapat mengikuti tulisan-tulisan selanjutnya.

Penulis adalah Alumni Pertnian UnHas. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages